Gusdur adalah julukan dari Abdurrahman Wahid, seorang tokoh Muslim Indonesia yang lahir pada 7 September 1940 dan meninggal pada 30 Desember 2009. Ia adalah putra dari KH. Wahid Hasyim, yang merupakan anak dari pendiri Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Gusdur memiliki latar belakang keagamaan yang kuat dan merupakan seorang ulama yang dihormati. Selain itu, ia juga aktif dalam gerakan sosial dan politik di Indonesia. Pada tahun 1999, Gusdur terpilih sebagai Presiden Indonesia yang ke-4, dan menjabat hingga 2001. Ia merupakan presiden pertama di Indonesia yang terpilih secara demokratis setelah jatuhnya rezim Orde Baru pada tahun 1998.
Sebagai seorang pemimpin dan tokoh agama, Gusdur dikenal karena sikapnya yang inklusif dan toleran terhadap berbagai kelompok agama dan etnis di Indonesia. Ia juga dikenal karena semangatnya dalam memperjuangkan hak asasi manusia dan kebebasan beragama di Indonesia. Kepribadian dan pemikirannya yang unik menjadikan Gusdur dianggap sebagai salah satu tokoh paling inspiratif dalam sejarah Indonesia.
Gusdur, atau Abdurrahman Wahid, memiliki pendidikan yang cukup tinggi dan bervariasi. Ia menghabiskan masa pendidikannya di Indonesia dan juga di luar negeri.
Gusdur memulai pendidikan formalnya di Tegal, Jawa Tengah. Ia kemudian melanjutkan pendidikan menengahnya di sebuah sekolah Islam di Jombang, Jawa Timur. Setelah itu, ia melanjutkan studinya di Universitas al-Azhar di Kairo, Mesir, dan meraih gelar Sarjana Theologi Islam pada tahun 1963.
Setelah lulus dari al-Azhar, Gusdur melanjutkan studinya di Universitas Baghdad, Irak, dan meraih gelar Master dalam bidang Sejarah pada tahun 1964. Ia kemudian melanjutkan studi doktoralnya di Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta, tetapi tidak selesai karena ia terlibat dalam berbagai gerakan sosial dan politik di Indonesia.
Selain pendidikan formal, Gusdur juga memiliki pendidikan non-formal yang cukup luas. Ia belajar dari berbagai guru agama dan spiritual di Indonesia dan luar negeri, serta membaca dan mempelajari banyak buku dan literatur. Hal ini menjadikan Gusdur sebagai seorang intelektual dan pemikir yang kaya dan beragam.
Gusdur mendirikan PKB
Gusdur atau Abdurrahman Wahid, mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada tahun 1998, setelah masa Orde Baru berakhir dan Indonesia memasuki era reformasi. PKB awalnya didirikan sebagai partai yang memperjuangkan agenda Islam moderat dan demokrasi di Indonesia.
Gusdur memainkan peran penting dalam mendirikan PKB, yang awalnya merupakan aliansi partai-partai Islam moderat dan berbasis NU, seperti PPP (Partai Persatuan Pembangunan) dan Parmusi (Partai Muslimin Indonesia). PKB kemudian menjadi partai politik terbesar kelima di Indonesia setelah pemilu 1999, dan Gusdur dipilih sebagai Presiden Indonesia yang keempat pada tahun yang sama, dengan dukungan dari partai-partai yang tergabung dalam koalisi PKB.
Meskipun terpilih dengan dukungan PKB dan koalisi partai-partai lain, masa jabatan Gusdur sebagai Presiden hanya berlangsung selama dua tahun karena terjadi konflik politik yang cukup kompleks di Indonesia pada saat itu. Meskipun demikian, PKB tetap menjadi salah satu partai politik terkemuka di Indonesia hingga saat ini.
Gusdur digulingkan oleh
Gusdur, atau Abdurrahman Wahid, memang digulingkan dari jabatannya sebagai Presiden Indonesia oleh MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) pada tahun 2001. Gugatan terhadap Gusdur muncul karena dianggap tidak mampu memimpin negara dengan efektif dan efisien. Hal ini terkait dengan situasi politik yang cukup kompleks dan dinamis pada saat itu, termasuk krisis ekonomi, krisis politik, serta konflik di berbagai daerah di Indonesia.
Pada saat itu, MPR mengadakan Sidang Istimewa dan memberikan suara tidak percaya terhadap Gusdur, yang kemudian digantikan oleh Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden Indonesia yang baru. Gugatan terhadap Gusdur dipicu oleh beberapa kebijakan dan tindakan kontroversial yang dilakukannya selama masa jabatannya, seperti menarik mundur tentara Indonesia dari Aceh dan Papua serta kebijakan luar negeri yang dianggap kontroversial.
Meskipun Gusdur digulingkan dari jabatannya sebagai Presiden, ia tetap aktif dalam kegiatan sosial dan politik di Indonesia hingga kematiannya pada tahun 2009. Gusdur dikenal sebagai seorang tokoh yang inklusif, toleran, dan berpikiran terbuka, serta memperjuangkan hak asasi manusia, demokrasi, dan pluralisme di Indonesia.
Makam Gusdur di Jombang
Benar, makam Gusdur atau Abdurrahman Wahid terletak di kompleks Pesantren Tebuireng, Desa Tebuireng, Kecamatan Jombang, Jawa Timur, Indonesia. Gusdur merupakan cucu dari pendiri Pesantren Tebuireng, yakni Hasyim Asy'ari, dan memiliki ikatan emosional yang kuat dengan tempat tersebut.
Setelah Gusdur meninggal pada tahun 2009, jenazahnya disemayamkan di Masjid Istiqlal, Jakarta, selama beberapa hari sebagai tanda penghormatan dan duka cita dari masyarakat Indonesia. Kemudian, jenazahnya dibawa ke Jombang dan dimakamkan di kompleks Pesantren Tebuireng, di samping makam Hasyim Asy'ari.
Makam Gusdur di Jombang menjadi salah satu tempat ziarah dan pusat kegiatan keagamaan yang penting bagi umat Islam di Indonesia. Setiap tahun, pada tanggal 21 Desember, umat Islam di Indonesia memperingati hari lahirnya Gusdur sebagai salah satu tokoh nasional yang dihormati dan diingat hingga kini.
Keberhasilan Gusdur
Keberhasilan Gusdur atau Abdurrahman Wahid sebagai tokoh nasional Indonesia sangatlah kompleks dan dapat dilihat dari berbagai perspektif. Beberapa prestasi dan kontribusinya antara lain:
Sebagai tokoh Nahdlatul Ulama (NU), Gusdur berhasil memimpin gerakan Islam moderat dan toleran di Indonesia. Ia mendorong kebijakan yang inklusif dan berpihak pada kepentingan masyarakat luas, terutama kaum papa dan terpinggirkan.
Gusdur juga berperan aktif dalam mengembangkan dialog antaragama dan budaya di Indonesia. Ia mempromosikan toleransi dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia, serta menekankan bahwa keberagaman adalah suatu kekayaan yang harus dipertahankan dan dirayakan.
Pada masa kepemimpinannya sebagai Presiden, Gusdur berhasil memimpin negara Indonesia melalui masa transisi menuju demokrasi pasca-Orde Baru. Ia mempromosikan kebebasan pers, hak asasi manusia, dan pluralisme, serta menekankan pentingnya reformasi birokrasi dan politik.
Gusdur juga berhasil memperkuat hubungan Indonesia dengan negara-negara lain di dunia, terutama negara-negara Islam. Ia mengembangkan kebijakan luar negeri yang pro-aktif dan berbasis pada prinsip non-blok.
Namun, di sisi lain, kepemimpinan Gusdur juga dihadapkan dengan berbagai tantangan dan kontroversi. Beberapa kebijakannya dianggap kontroversial, seperti menarik mundur tentara dari Aceh dan Papua, serta kebijakan luar negeri yang dianggap kurang konsisten.
Secara keseluruhan, prestasi dan kontribusi Gusdur sebagai tokoh nasional Indonesia terlihat sangat kompleks dan memiliki dampak yang signifikan pada perkembangan negara Indonesia. Ia tetap dihormati dan diingat oleh masyarakat Indonesia sebagai tokoh yang inklusif, toleran, dan berpikiran terbuka, serta memperjuangkan hak asasi manusia, demokrasi, dan pluralisme di Indonesia.
Gusdur mendukung pluralisme
Ya, Gusdur atau Abdurrahman Wahid adalah tokoh yang sangat mendukung pluralisme di Indonesia. Ia memandang bahwa Indonesia adalah negara yang sangat beragam dan penuh dengan keanekaragaman budaya, agama, dan etnis. Oleh karena itu, ia mendorong masyarakat Indonesia untuk memahami, menghargai, dan merayakan keberagaman tersebut.
Gusdur juga berkeyakinan bahwa pluralisme adalah prinsip dasar yang harus dianut oleh negara Indonesia. Menurutnya, keberagaman dan perbedaan bukanlah halangan, tetapi justru merupakan kesempatan untuk memperkaya nilai-nilai sosial, politik, dan budaya di Indonesia. Ia seringkali menekankan pentingnya toleransi dan kerukunan antarumat beragama, serta mengutuk tindakan kekerasan dan intoleransi.
Selama kepemimpinannya sebagai Presiden, Gusdur juga mempromosikan kebijakan yang pro-pluralisme. Ia mendorong pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk menghormati hak-hak asasi manusia, termasuk hak atas kebebasan beragama dan berkeyakinan. Ia juga mengeluarkan kebijakan untuk mendorong dialog antaragama dan budaya di Indonesia, seperti dengan mendirikan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
Dukungan Gusdur terhadap pluralisme telah memengaruhi pandangan dan nilai-nilai masyarakat Indonesia hingga saat ini. Ia dianggap sebagai salah satu tokoh nasional yang ikonik dan dihormati karena keberaniannya dalam memperjuangkan nilai-nilai keberagaman dan toleransi di Indonesia.
Fakta-fakta Gusdur
Berikut ini beberapa fakta tentang Gusdur atau Abdurrahman Wahid:
Abdurrahman Wahid lahir pada tanggal 7 September 1940 di Jombang, Jawa Timur. Ia merupakan putra keempat dari tujuh bersaudara.
Ia mendapat pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Jombang dan kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Yogyakarta.
Gusdur kemudian melanjutkan studinya ke Universitas Baghdad di Irak pada tahun 1960, dan kemudian melanjutkan ke Universitas al-Azhar di Kairo, Mesir, untuk mempelajari agama Islam.
Ia juga belajar di Jerman pada tahun 1970-an dan memperoleh gelar doktor di bidang antropologi dari Universitas Hamburg.
Gusdur adalah tokoh penting dalam Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia. Ia menjabat sebagai ketua umum NU selama dua periode, yaitu 1984-1999.
Ia terpilih sebagai Presiden Indonesia pada tahun 1999, mengalahkan Megawati Sukarnoputri dalam pemilihan presiden oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Kepemimpinan Gusdur sebagai Presiden hanya berlangsung selama dua tahun, dari 1999 hingga 2001, karena ia digulingkan oleh MPR karena dituduh tidak mampu menjalankan tugas sebagai presiden dengan baik.
Gusdur meninggal dunia pada tanggal 30 Desember 2009 di Jakarta pada usia 69 tahun. Ia dimakamkan di Jombang, Jawa Timur, di samping makam ayahnya.
Profil biodata Gusdur
Berikut adalah profil biodata Gusdur atau Abdurrahman Wahid:
Nama lengkap : Abdurrahman Wahid
Nama panggilan : Gus Dur
Tempat lahir : Jombang, Jawa Timur
Tanggal lahir : 7 September 1940
Agama : Islam
Orangtua : Wahid Hasyim (ayah), Sholehah (ibu)
Pendidikan:
Sekolah Dasar Muhammadiyah Jombang
Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah Yogyakarta
Universitas Baghdad, Irak
Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir
Universitas Hamburg, Jerman (gelar doktor di bidang antropologi)
Karier:
Ketua Umum Nahdlatul Ulama (1984-1999)
Presiden Indonesia (1999-2001)
Pendiri dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (1999-2004)
Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pengusaha Muslim Indonesia (APMI)
Ketua Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina
Keluarga:
Istri: Sinta Nuriyah Wahid
Anak-anak: Zannuba Arifah Chafsoh Rahman, Alissa Qotrunnada Munawaroh, Ahmad Anis Alwi Wahid, Inayah Wulandari Wahid
Meninggal dunia: 30 Desember 2009 di Jakarta
Tempat pemakaman: Jombang, Jawa Timur
Itulah sebagian profil dan biodata dari Gusdur atau Abdurrahman Wahid, salah satu tokoh penting di Indonesia. Ia dikenal sebagai tokoh yang sangat menghargai keberagaman dan toleransi, serta memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia. Ia dihormati dan diingat oleh masyarakat Indonesia hingga saat ini karena dedikasinya dalam memperjuangkan keadilan dan perdamaian.
Posting Komentar untuk "PROFIL BIODATA GUSDUR, PRESIDEN KE-4 INDONESIA"